Mengapa Emosi Autistik Dapat Tidak Diakui
Lunch Talk: Jakarta Rentan Kriminalitas #2 (Januari 2025)
Siapa pun yang mengenal seseorang dengan autisme tahu itu - tentu saja! - Orang dengan autisme memiliki perasaan. Terkadang perasaannya sangat kuat. Sama seperti orang lain. Orang dengan autisme bisa bahagia, sedih, bersemangat, depresi, frustrasi, atau marah.
Tapi…
Mitos bahwa "orang dengan autisme tidak memiliki emosi" tetap ada.
Mengapa? Ada beberapa alasan; beberapa bagus dan beberapa - sangat konyol. Sebagai contoh:
- Orang autis tidak selalu memiliki emosi seperti yang diharapkan orang neurotipikal. Misalnya, orang autis mungkin tidak menanggapi dengan gembira atau gembira dengan pengumuman bahwa seseorang akan menikah - karena (a) mereka belum benar-benar menginternalisasi informasi; (B) mereka tidak berpikir pernikahan itu menarik; dan / atau (c) mereka tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk merespons secara instan dengan sukacita yang sesuai secara sosial (tetapi mungkin tidak tulus). Itu tidak berarti bahwa orang autis tidak bisa bersukacita - hanya saja mereka tidak merespons sebagai perintah adat.
- Orang autis tidak selalu menunjukkan emosi seperti yang diharapkan orang neurotipikal. Ketika Anda memberi tahu anak biasa bahwa ia akan pergi ke DisneyWorld, ia mungkin melompat-lompat, bertepuk tangan, atau bertanya tentang perjalanan itu. Ketika Anda memberi tahu seorang anak autis, ia mungkin sama senangnya - tetapi ia dapat merespons dengan berlari di sekitar ruangan, mengepakkan sayap, atau berperilaku … autistik. Itu tidak berarti dia tidak senang pergi ke Disney - hanya saja dia tidak menggunakan tubuh yang biasa dan bahasa yang diucapkan untuk mengekspresikan emosinya.
- Orang autis mungkin tidak mengerti dan merespons komunikasi lisan atau non-verbal. Orang tipikal mampu mengubah bahasa lisan menjadi makna secara instan. Mereka juga dapat langsung menafsirkan makna tersembunyi dari bahasa tubuh. Sebagai hasilnya, mereka dapat segera merespons dengan tepat - dengan menjawab pertanyaan, merasa kesal, marah, tersenyum bahagia, dan sebagainya. Namun, kebanyakan orang dengan autisme membutuhkan lebih dari sedetik untuk memahami komunikasi sosial dan kemudian merespons. Dalam beberapa kasus, ketika komunikasi melibatkan idiom, sarkasme, atau isyarat non-verbal yang halus (alis yang terangkat, misalnya) mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang dikomunikasikan. Akibatnya, mereka mungkin merespons dengan aneh atau tidak merespons sama sekali. Itu tidak berarti mereka tidak dapat atau tidak akan menanggapi secara emosional komunikasi sosial - tetapi mereka mungkin memerlukan lebih banyak waktu atau lebih langsung, informasi yang lebih sederhana.
- Sementara orang dengan autisme memiliki berbagai macam emosi, ada beberapa emosi yang mungkin tidak memukul mereka sekeras yang diharapkan orang lain. Sebagai contoh, orang autis jarang memiliki pengetahuan sosial (atau keinginan) untuk menilai diri sendiri terhadap skala teman sebaya mereka. Akibatnya, orang autis mungkin kurang bertanggung jawab untuk mengalami kecemburuan, kebanggaan, atau kecemasan kinerja daripada rekan-rekan mereka yang khas. Selain itu, karena mereka jarang membandingkan diri mereka dengan versi realitas yang diproduksi media, mereka mungkin tidak merasakan tingkat kesadaran diri yang sama tentang isu-isu seperti penampilan, kekayaan, kebugaran, dll. Seperti teman-teman sebaya mereka.
- Orang autis bereaksi dengan cara yang tidak terduga terhadap situasi dan pengalaman. Akibatnya, respons emosional mereka berbeda dari apa yang diharapkan oleh teman sebaya mereka. Sebagai contoh, seorang remaja pada spektrum mungkin benar-benar meleleh ketika frustrasi - tetapi remaja yang sama mungkin tidak bereaksi sama sekali terhadap kenyataan bahwa dia belum diundang ke pesta prom. Remaja yang khas, tentu saja, hampir memiliki respons emosional yang terbalik: sedikit remaja yang benar-benar kewalahan ketika mereka mengalami frustrasi, tetapi mungkin sangat kesal tentang "bencana" sosial. Alasan untuk perbedaan-perbedaan ini cukup sederhana: orang-orang pada spektrum dengan mudah terlempar ketika rutinitas atau harapan berubah, tetapi jarang khawatir tentang kedudukan sosial mereka di antara teman sebaya.
Mengapa 'Tidak Ada Rasa Sakit, Tidak Ada Keuntungan' Adalah Nasihat Buruk
Memahami perbedaan antara rasa sakit dan ketidaknyamanan selama latihan dapat menjadi perbedaan antara cedera dan perkembangan.
Cara Mengajar Anak-Anak untuk Menangani Emosi yang Tidak Nyaman
Pelajari cara mengajari anak Anda cara yang sehat untuk menghadapi emosi yang tidak nyaman seperti marah, sedih, dan takut.
Cara Mengajari Anak Menghadapi Emosi yang Tidak Nyaman
Pelajari cara mengajar anak Anda cara yang sehat untuk menghadapi emosi yang tidak nyaman seperti kemarahan, kesedihan, dan ketakutan.