Apa itu Gangguan Dysphoric Pramenstruasi (PMDD)?
Daftar Isi:
- Bagaimana PMDD berbeda dari PMS
- Diagnosa
- Yang Kami Ketahui (dan Tidak Tahu) Tentang Penyebab
- Pengobatan
PMS (Premenstrual syndrome) / Sindrom prahaid | Dhy Rachmaa (Januari 2025)
Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah bentuk yang paling parah dari sindrom pramenstruasi (PMS). Kriteria diagnostik untuk PMDD dimasukkan dalam American Psychiatric Association Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) untuk pertama kalinya pada tahun 1994, edisi keempat manual diagnostik ini.
Bagaimana PMDD berbeda dari PMS
Selain gejala fisik dan emosional yang diperlukan untuk diagnosis PMS, setidaknya lima dari gejala berikut harus terjadi hampir sepanjang waktu selama tujuh hari sebelum menstruasi, dan hilang dalam beberapa hari sejak dimulainya periode menstruasi.:
- Merasa sedih, putus asa, atau ingin bunuh diri
- Perasaan stres, tegang, atau kecemasan yang parah
- Serangan panik
- Ayunan suasana hati yang termasuk serangan menangis
- Kemarahan atau kemarahan yang terus-menerus yang memengaruhi orang lain
- Kehilangan minat pada aktivitas dan hubungan sehari-hari yang biasa
- Ketidakmampuan berkonsentrasi atau fokus
- Kelelahan atau kehilangan energi normal
- Mengidam makanan atau binging
Diagnosa
Diagnosis PMDD dimulai dengan informasi yang Anda berikan kepada dokter Anda. Jika Anda berencana menemui dokter tentang keresahan pramenstruasi Anda, kumpulkan informasi tentang gejala Anda. Melacak gejala Anda akan membantu dokter membuat diagnosisnya. Dia juga akan meninjau gejala dan riwayat medis Anda dan memberi Anda pemeriksaan medis menyeluruh.
Gangguan suasana hati lainnya, seperti depresi atau gangguan kecemasan umum, juga harus disingkirkan. Selain itu, kondisi medis atau ginekologis yang mendasari seperti endometriosis, fibroid, menopause, atau masalah hormonal juga harus disingkirkan.
Yang Kami Ketahui (dan Tidak Tahu) Tentang Penyebab
Tidak ada jawaban pasti untuk ini, tetapi penelitian terbaru menunjukkan korelasi dengan perubahan hormon yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Penelitian juga menunjukkan hubungan antara PMDD dan rendahnya kadar serotonin. Sel-sel otak tertentu yang menggunakan serotonin sebagai pembawa pesan terlibat dalam mengendalikan suasana hati, perhatian, tidur, dan rasa sakit. Oleh karena itu, perubahan kronis kadar serotonin dapat menyebabkan gejala PMDD.
Pengobatan
Pada dasarnya, lakukan apa yang Anda lakukan untuk mengelola gejala PMS Anda. Ikuti aturan nutrisi yang baik. Pakar kesehatan merekomendasikan bahwa wanita dengan PMDD membatasi asupan garam, kafein, gula rafinasi, dan alkohol. Suplemen seperti kalsium, vitamin B6, vitamin E, dan magnesium juga direkomendasikan. Anda juga harus berolahraga. Dan antidepresan juga kadang digunakan untuk meredakan gejala PMDD. Akhirnya, beberapa penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC) dapat membantu dengan beberapa gejala, seperti sakit kepala, nyeri payudara, sakit punggung, dan kram. Diuretik dapat membantu retensi cairan dan kembung.
Hormon juga dapat digunakan untuk mengobati PMDD. Ovulasi dapat dihentikan baik menggunakan obat-obatan atau pembedahan (sebagai upaya terakhir). Atau dokter Anda mungkin menyarankan Anda menggunakan progesteron atau estrogen untuk meredakan gejala.
Beberapa wanita yang menderita gejala PMDD juga mencari konseling. Mereka pergi ke terapi untuk mengembangkan strategi koping yang efektif, seperti meditasi, refleksologi, dan yoga.
Dalam semua kasus ini, belum ada penelitian yang cukup untuk menunjukkan kemanjuran salah satu dari opsi perawatan ini.
Kemungkinan Penyebab Gangguan Dysphoria Pramenstruasi
PMDD bukanlah pilihan perilaku. Pahami kemungkinan penyebab gangguan mood siklis nyata ini yang memengaruhi 3 hingga 8 persen wanita.
Efek Gejala Pramenstruasi pada Gangguan Bipolar
Pelajari bagaimana gejala pramenstruasi (seperti PMS dan PMDD) dapat memengaruhi wanita dengan gangguan bipolar, dan bagaimana gejala ini dapat dikelola.
Manajemen Bedah Gangguan Dysphoria Pramenstruasi
PMDD adalah gangguan mood reproduksi yang serius. Ketika opsi perawatan medis tidak efektif, manajemen bedah bisa menyelamatkan jiwa, secara harfiah.